Sabtu, 18 Agustus 2012

Tradisi masyarakat Dompu(Kandai dua, Kec.Woja)manjelang hari raya idul fitri

Proses pembuatan dodol khas Dompu(dodol ketan hitam)....
bahasa bimanya "Hako Kadodo".....
proses pembuatan jajan ini adalah proses yang paling lama & paling banyak memakan waktu, sekitar 3-4 jam...pekerjaan ini juga harus di lakukan oleh para laki-laki, karena ini termasuk pekerjaan berat......

 ini adalah preses memasak nasi bambu atau lemang, yang bahasa bimanya "timbu" khas dompu dengan bahan dasarnya santan dan beras ketan.......
proses ini juga termasuk lama, yaitu 2-3 jam..lemang juga biasanya di sajikan bersama tape ketan hitam......


Dan uniknya lagi, jajanan-jajanan khas tersebut hanya di buat oleh masyarakat Dompu pada bulan ramadhan yaitu menjelang hari raya idul fitri.....

Selasa, 14 Agustus 2012

Salah satu tempat wisata terkenal di Kab.Dompu adalah pantai lakey

pantai lakey juga bisa untuk surfing

suasana pantai lakey saat sore hari

lakey surfing

Masuknya Agama Islam Di Tanah Dompu(Dana Dompu)

Karo`a Pidu ; Awal Mula Penyebaran Islam di Dompu

Sejarah di Dana Dompu (NTB, Indonesia) mencatat, ketika Syekh Nurdin seorang ulama terkemuka keturunan Arab Magribi menginjakkan kakinya di Bumi Dompu sekitar 1528 untuk menyebarkan Islam sambil berdagang, saat itu Dompu di bawah Pemerintahan Raja Bumi Luma Na‘e yang bergelar Dewa Mawa‘a Taho (kala itu Dompu belum mengenal Islam/masih menganut ajaran Hindu) sebab saat itu Kerajaan Dompu masih di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit (Raja Hayam Wuruk) dengan Mahapatih Sang Gajah Mada Amurwa Bumi.
Kehadiran syekh Nurdin di Kerajaan Dompu tampaknya mendapat simpatik dari rakyat Dompu terutama Raja Dompu saat itu. Bahkan lambat laun ajaran Islam yang dibawa oleh Syekh Nurdin dengan cepat dapat diterima oleh rakyat Kerajaan Dompu termasuk dari kalangan Istana (bangsawan).
Konon cerita, salah seorang putri dari keluarga Kerajaan Dompu tertarik terhadap ajaran Islam yang dibawa oleh Syekh Nurdin. Sang Putripun akhirnya belajar dan memeluk Islam di hadapan syekh Nurdin. Bukan itu saja, sang putri Raja itupun akhirnya menaruh hati dan menikah dengan Sang Ulama.
Putri Raja yang tidak diketahui nama aslinya itupun akhirnya mengganti namanya setelah menikah dengan Syekh Nurdin dengan Islam yakni ST. Hadijah. Dari pernikahan dengan Syekh Nurdin tersebut ia dikaruniai 3 orang anak, 2 putra dan 1 putri. Masing-masing bernama Syekh Abdul Salam, Syekh Abdullah dan Joharmani.
Pada saat Syekh Nurdin dan keluarganya berangkat ibadah haji ke tanah suci Makkah untuk memperdalam ilmu agama Islam, Syekh Nurdin dan salah seorang putranya yakni Syekh Abdullah, tidak kembali ke Dompu karena meninggal di Makkah . Hanya Syekh Abdul Salam dan ibundanya ST. Hadijah serta adik perempuannya, Joharmani, yang kembali ke Dompu. Isteri Syekh Nurdin dan kedua anaknya yang sudah menyandang gelar Haji akhirnya pulang ke Dompu dengan membawa oleh-oleh berupa kitab suci Al Qur‘an sebanyak 7 buah (di Dompu dikenal dengan istilah Karo‘a Pidu). Konon ketujuh buah kitab suci Al Qur‘an yang dibawa dari Makkah oleh keluarga Syekh Nurdin tersebut saat ini masih tersimpan dengan baik di asi mpasa (istana lama) uma siwe (rumah perempuan), Hj. ST Hadijah (isteri Almarhum Sultan Muhammad Tajul Arifin Siradjuddindin, Sultan Dompu terakhir).
Islam menjadi agama resmi Kerajaan Dompu ketika putra pertama Raja Dompu yakni La Bata Na‘e naik tahta menggantikan Ayahandanya. Untuk memperdalam agama Islam, La Bata Na‘e pergi meninggalkan Dompu untuk menimba Ilmu di Kerajaan Bima, Kerajaan Gowa Makassar bahkan sampai ke tanah Jawa. Setelah menguasai berbagai macam ilmu agama Islam, La Bata Na‘e akhirnya kembali ke Kerajaan Dompu untuk meneruskan memimpin pemerintahan warisan ayahandanya, Raja Dompu, Bumi Luwu Na‘e. Pada tahun 1545, La Bata Na‘e resmi naik tahta. La Bata Na‘e selanjutnya mengubah sistim pemerintahaan di Dompu dari Kerajaan menjadi Kesultanan dan bergelar Sultan Syamsuddin.
La Bata Na‘e atau Sultan Syamsuddin merupakan sultan Dompu pertama sekaligus salah satu sultan Dompu yang pertama kali memeluk Islam. Selanjutnya agama Islam saat itu resmi menjadi agama di wilayah Kesultanan Dompu.
Untuk mendampinginya dalam memerintah di Kesultanan Dompu, Sultan Syamsuddin akhirnya menikah dengan Joharmani saudara kandung Syekh Abdul Salam pada tahun 1545. Syeh Abdul Salam diangkat oleh Sultan Syamsuddin sebagai Ulama di Istana Kesultanan Dompu. Makam Syekh Abdul Salam terletak di Kampung Raba Laju Kelurahan Potu, kecamatan Dompu. Makam keramat tersebut saat ini oleh pemerintah telah dijadikan salah satu situs purbakala. Bahkan untuk mengenang nama Syekh Abdul Salam, di dekat makam Syekh Abdul Salam terdapat pemakaman umum yang dinamakan oleh warga Dompu Rade Sala (Kuburan Abdul Salam).
Sekitar tahun 1585, datanglah beberapa saudagar/pedagang sekaligus ulama Islam yakni Syekh Hasanuddin dari Sumatera, Syekh Abdullah dari Makassar dan Syekh Umar Al Bantani dari Madiun Jawa Timur. Selanjutnya mereka menetap di Dompu untuk membawa Syi‘ar Islam.
Kedatangan 3 Ulama dari negeri seberang tersebut rupanya mendapat simpatik yang baik dari sultan Dompu dan masyarakat di wilayah kesultanan Dompu. Untuk membuktikan rasa simpatik dan hormatnya terhadap ketiga orang ulama tersebut, Syekh Hasanuddin akhirnya mendapat kehormatan dari Sultan Syamsuddin untuk menduduki salah satu jabatan sebagai qadi (jabatan setingkat menteri agama di kesultanan) bergelar Waru Kali. Kemudian Syekh Umar Al Bantani dan Syekh Abdulah dipercaya Sultan Syamsuddin sebagai Imam Masjid di Kesultanan Dompu. Syekh Hasanuddin wafat dan dimakamkan di Kandai I. Oleh masyarakat Dompu lokasi atau komplek pemakaman tersebut kini dikenal dengan sebutan Makam Waru Kali. Pada masa pemerintahaan Bupati Dompu H.Abubakar Ahmad, SH (2000-2005) Waru Kali ditetapkan sebagai salah satu situs purbakala yang bernilai sejarah tinggi. Hal ini dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim arkeologi dan purbakala pimpinan Dr. Haris Sukandar dan Dra. Ayu Kusumawati. Tim menyimpulkan bahwa lokasi Waru kali merupakan peninggalan bersejarah tinggi di Dompu ribuan tahun lalu. Situs Waru Kali berdekatan dengan komplek situs Doro Bata di Kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu. Menurut cerita di Dana Dompu, Syekh Umar Al Bantani dan Syekh Abdullah membangun sebuah tempat ibadah (masjid/mushola) yang berukuran sekitar 4 x 4 meter, tepatnya di dekat perkampungan yang diberi nama Karijawa. Masjid tersebut konon merupakan satu-satunya Masjid Kesultanan Dompu. Menurut riwayat, bekas tempat bangunan Masjid yang dibangun oleh dua orang ulama terkenal itu kini tempatnya sudah berubah fungsi menjadi komplek kantor Kelurahan Karijawa. Sedangkan Masjid Agung Baiturahman Dompu, dahulu merupakan lokasi Istana Kesultanan Dompu.

Sejarah Singkat Lahirnya Dompu Baru

SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA DOMPU
Berbicara soal sejarah lahirnya sebuah daerah, adalah sesuatu yang menarik. Demikian pula sejarah lahirnya hari jadi Dompu, sudah sering dibicarakan oleh berbagai kalangan, baik melalui rapat, seminar, diskusi maupun lewat media masa. Penetapan hari jadi Dompu dimulai sejak pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf, msc sejak tahun 1989 / 1994 hingga periode pertama pemerintahan bupati Dompu h.abubakar ahmad, sh tahun 2000 – 2005. 1. Periode pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf. M.sc (1989 – 1994).Pada periode tersebut sudah mulai dibicarakan secara serius tentang perlunya mencari dan menetapkan hari jadi Dompu. Maka berbagai pihak telah menyepakati dan menetapkan tanggal 12 september 1947 sebagai hari jadi Dompu. Kesepakatan dan penetapan tersebut, berdasarkan suatu penilaian, bahwa tanggal 12 september 1947 merupakan saat pengangkatan sultan Dompu terakhir, yaitu sultan m. Tajul arifin sirajuddin, sebagai kepala daerah swapraja, oleh berbagai kalangan dapat dipandang sebagai tonggak sejarah, namun masih diperdebatkan oleh banyak pihak, walaupun sudah sempat diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 12 september 1993,namun penetapan hari jadi Dompu tanggal 12 september 1947 mentah kembali. 2. Periode i pemerintahan bupati Dompu h. Abubakar ahmad, sh (2000 – 2005).Pada periode ini penelusuran, dan pembahasan hari jadi Dompu diungkap kembali. Pada hari rabu tanggal 15 agustus 2001 di gedung sama ngawa Dompu diadakan seminar sehari diikuti oleh berbagai kalangan masayarakat (birokrat, tomas, toga, tokoh pemuda ) baik yang ada di Dompu maupun yang ada diluar Dompu dengan tujuan mencari, menelusuri , merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu. Melalui keputusan bupati Dompu nomor 172 tahun 2001 membentuk tim perumus hari jadi Dompu. Tim bekerja dengan menggali berbagai dokumen dan mendengarkan berbagai informasi, telah merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu, pada hari jum’at tanggal 24 september 1545 atau bertepatan dengan tanggal 8 rajab 952 h. Adapun yang menjadi dasar pemikiran tim perumus pada saat itu yakni, bahwa pada tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan sultan Dompu pertama, yakni sultan syamsuddin pada tahun 1545.Di tengah perjalanan, usulan hari jadi Dompu yang jatuh pada tanggal 24 september 1545 tersebut masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Akhirnya bupati Dompu saat itu memutuskan untuk menunda penetapan hari jadi Dompu sambil menunggu dan mencari data yang lebih akurat lagi. Setelah beberapa waktu soal penetapan hari jadi Dompu tidak di bahas, datang usulan dan masukan dari berbagai kalangan masyarakat Dompu berupa konsep atau naskah sebagai bahan acuan untuk mencari dan menetapkan hari jadi Dompu. 1. Konsep m. El. Hayyat ong (h.muhammad yahya) Mengusulkan tanggal 22 januari sebagai hari jadi Dompu, karena pada tanggal tersebut bertepatan dengan pemindahan kerangka jenazah sultan muhammad sirajuddin ( sultan manuru kupa ) dari kupang ntt ke kabupaten Dompu .2. Konsep h.m. Djafar ahmad.Mengusulkan tanggal 12 september 1545 dan tanggal 12 september 1947, dasar pemikiran usulan tersebut yakni bertepatan dengan residen timur dan daerah taklukannya menetapkan Dompu berpemerintahan sendiri sebagai zelfbestur, sedangkan tahun 1545 dilantiknya sultan syamsuddin sebagai sultan pertama Dompu. 3. Konsep drs. M. Ilyas salman dan kawan-kawan. Tim ini tidak menetapkan tanggal, bulan dan tahun, melainkan hanya mengutarakan beberapa kejadian / peristiwa sejarah penting sebagai alternatif untuk dipilih sebagai hari jadi Dompu yaitu : A. Tahun 1360 pengucapan sumpah palapa oleh gajah mada yang mempersatukan semua wilayah nusantara dibawah
kekuasaan kerajaan majapahit. B. Tanggal 5 mei 1667 penandatanganan perjanjian bongaya antara sultan goa, yaitu sultan hasanuddin dengan voc, bahwa makasar harus melepaskan kekuasaan politiknya terhadap pulau sumbawa termasuk Dompu C. Tanggal 10 0ktober 1674, surat resmi pertama raja Dompu kepada jenderal voc di batavia, memuat kunjungan resmi kapten maros sebagai utusan voc. D. Tanggal 22 juli 1675 kontrak antara kerajaan sumbawa,Dompu dan tambora tentang batas wilayah. E. Tanggal 30 september 1748, penandatanganan kontrak perbatasan antara kerajaan Dompu dan tambora; F. Tanggal 9 juli 1792, perjanjian politik kontrak adat, antara rakyat dan raja tentang kewajiban dan hak kedua belah pihak; G. Tanggal 27 desember 1822, muncul resolusi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan hindia belanda yang memuat pengaturan bahwa raja Dompu memiliki kekuasaan di samping sultan bima.Beberapa tahun kemudian tampaknya pengungkapan hari jadi Dompu yang belum rampung itupun, sepertinya menjadi tanggung jawab bagi pemerintahan h. Abubakar ahmad saat itu.
Akhirnya bupati Dompu mempunyai gagasan untuk meminta bantuan kepada salah seorang ahli sejarah nasional asal Dompu yang tinggal di bandung, yakni prof. Dr. Helyus syamsuddin, phd (guru besar pada ikip bandung). Prof. Dr. Helyus syamsuddin, hadir ke Dompu sekaligus di gelar kegiatan seminar bersama tim perumus hari jadi Dompu yang saat itu dipimpin ketua komisi `e` dprd Dompu h. Yusuf djamaluddin, membahas soal penetapan hari jadi Dompu di gedung dprd Dompu pada hari jum’at tanggal 18 juni 2004.
Melalui seminar yang dihadiri oleh bupati Dompu dan sejumlah toga, toma, tokoh pemuda, tokoh wanita serta dari berbagai komponen masyarakat. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang akhirnya pada hari sabtu tanggal 19 juni 2004, dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Dompu menyetujui penetapan hari jadi Dompu jatuh pada hari selasa tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan tahun islam yakni, 1 jumadil awal 1230 h. Keputusan tersebut selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah (perda) nomor 18 tanggal 19 juni 2004.
Dalam makalahnya yang berjudul ”hari jadi daerah Dompu sebuah usul alternatif” dipaparkan antara lain bahwa, ada ilustrasi sejarah indonesia, mungkin bermanfaat untuk ditambahkan bahwa peristiwa bencana alam, politik atau peperangan dapat saja dijadikan patokan-patokan sejarah yang amat penting. Dalam sejarah indonesia di jawa misalnya, malapetaka yang ditimbulkan oleh letusan dahsyat gunung merapi di jawa tengah, telah memaksa pusat pemerintahan mataram kuno (hindu) pindah dari jawa tengah ke jawa timur pada sekitar abad ke-10.
Analogi dengan itu, ketika menggambarkan malapeta yang menimpa daerah Dompu – bima mengutip tulisan j.olivier (1816), bahwa keterangan terakhir memberikan kunci kepada kita, bahwa mengapa istana Dompu yang dahulu, semula berada di bata (istana doro bata)?, jawabannya karena tertimbun abu dan tidak bisa lagi di diami / di huni, lalu di tinggalkan.
Jadi istana bata dulu merupakan sebuah situs sejarah penting di Dompu, yaitu situs istana tua Dompu (asi ntoi) yang letaknya di selatan sungai sori na’e (sekarang kelurahan kandai satu kecamatan Dompu) yang kemudian di pindahkan kesebelah utara sungai. Disinilah selanjutnya di dirikan istana baru (asi bou) letaknya dulu dilokasi masjid raya sekarang (masjid agung baiturrahman Dompu).
Letusan gunung tambora yang memaksa ini semua terjadi. Perpindahan istana lama ke istana baru, pemerintahan pindah dari selatan sungai kesebelah utara sungai (sori na’e). Apakah ini tidak merupakan suatu simbol kelahiran baru pemerintahan, meskipun sultan Dompu yang memerintah saat itu masih sultan abdul rasul (1808 – 1840).Jadi kita melihat ada perubahan dan keberlanjutan. Sultan inilah yang mendapat gelar ”sultan ma ntau bata bou”Yang kedua, dengan meletusnya gunung tambora maka 3 kerajaan sekitar tambora luluh lantah yakni, kerajaan tambora, kerajaan pekat dan kerajaan sanggar yang menyisakan penduduknya tinggal 200 orang saja.Tanah yang tidak berpenduduk dari kerajaan pekat dan sebagian kerajaan tambora dikuasai sultan Dompu untuk memperluas wilayahnya. Jadi dengan dua alasan tersebut yaitu, pindahnya asi ntoi ke asi bou serta perluasan wilayah kesultanan dengan masuknya kerajaan pekat dan tambora, merupakan dasar pertimbangan demografis – sosiologis Dompu, karena malapetaka tersebut, dalam perjalanan waktu puluhan bahkan ratusan tahun, kemudian Dompu terpaksa menerima imigrasi penduduk dari kerajaan sekitarnya, khususnya dari wilayah kerajaan bima (mbojo). Terbentuklah komunitas-komunitas bima di Dompu. Atas persetujuan sultan Dompu dan bima di datangkanlah rakyat kolonisasi (pembojong) dari bima dengan syarat bahwa rakyat itu menjadi rakyat kerajaan Dompu. Karena itu bertambah jumlah kampung dan jiwa di Dompu seperti : kampung bolonduru, bolo baka, monta baru, rasana’e, buncu, dan lain-lainnya.Bagaimanapun juga ada hukum sejarah, bahwa sejarah itu adalah rangkaian dinamis dan dialogis antara keberlanjutan dan perubahan.Dompu ntoi sebelum tambora meletus dan Dompu bou setelah tambora meletus adalah Dompu yang satu itu juga. Yang jelas saat ini, Dompu sudah mempunyai lambang jati diri sebagai sebuah wilayah otonomi seperti daerah-daerah lainnya yang ada di indonesia.Setelah sekian tahun mendambakan hari jadinya, dengan segala upaya dan kerja keras dari seluruh komponen masyarakat yang ada di Dompu, kini Dompu telah menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan telah di tetapkan hari jadi Dompu tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan 1 jumadil awal 1230 h, melalui peraturan daerah kabupaten Dompu nomor 18 tanggal 19 bulan juni 2004.Dengan telah di tetapkannya hari jadi Dompu ini di harapkan agar supaya dapat lebih memacu dan memotivasi bagi seluruh masyarakat Dompu dalam membangun daerahnya yang bermotto ”nggahi rawi pahu” (satunya kata dengan perbuatan).
Bagi para pemudik yang menggunakan kendaraan bermotor harap perhatikan safety ridingnya

Motifasi

Pepatah mengatakan:

 "Kehidupan bukanlah jalan yang lurus
dan mudah dilalui di mana kita bisa
bepergian bebas tanpa halangan.
Kehidupan seringkali berupa
jalan-jalan sempit yang menyesatkan,
di mana kita harus mencari jalan,
tersesat dan bingung! Sering rasanya
sampai pada jalan tak berujung.
Namun, jika kita punya keyakinan
Kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan,
pintu pasti akan dibukakan untuk
kita. Mungkin bukan pintu yang selalu
kita inginkan, namun pintu yang
akhirnya akan terbukti, terbaik untuk
kita!" - A.J. Cronin,